Jumog dan lesehan pinggir kali
Hallo semuanya! Jumpa lagi. Gimana nih, kabar resolusi 2020 yang dikoar-koarin awal tahun kemarin? Kabar baik atau malah kabar buruk? Semoga yang terbaik ajaa yaa, aamiin. Udah ah basa-basinya, selamat membaca dan semoga bermanfaat!
25 Desember 2020.
Tawangmangu, kita
berjumpa kembali. Senang sekali, akhirnya ke Tawangmangu setelah beberapa kali
wacana dan cuma bisa main virtual dengan cara menjadi penonton story
dan post-an orang lain tentang TW.
Ih kangen TW, main ke
TW yuk?!
Ayo ke TW, pengen
banget ke sana.
Jumat kemarin, kami, aku
dan Mbak Liesty, sengaja berangkat main lebih pagi supaya pulang tidak terlalu
larut. Saking paginya kami berangkat, destinasi pertama yang ingin kami datangi,
Rumah Atsiri Indonesia, masih sepi poll alias belum buka. Jika kalian mengira
kami sudah merencanakan ke Rumah Atsiri jauh-jauh hari sebelum hari-H, kalian
salah! Saking gatau mau kemananya, tiba-tiba lihat plang Rumah Atsiri di
kanan jalan, yaudah deh dengan sotoy-nya kami belok kanan dan ngikutin
jalan sampai ketemu Rumah Atisiri. Eh pas sudah sampai di depan Rumah Atsiri,
kok gerbangnya masih ditutup. Jadilah kami ngegembel sebentar di depan Rumah
Atsiri sembari mencari next stop di Google Maps. View di depan
Rumah Atisiri lumayan cakep, hamparan sawah dan hijaunya pepohonan Gunung Lawu
adalah kombinasi yang cucok deh. Maaf ya, kami lupa mengambil foto, ya
saking panasnya dan sibuk nyari tempat wisata. WKWKWWK ALESAN TEROS!
Setelah berselancar mencari
tempat wisata di Google Maps sebentar, akhirnya kami memutuskan untuk on
the way ke Air Terjun Jumog. Terima kasih Google Maps, kamu sangat
membantu kami yang buta tempat wisata di TW ini. Lagi-lagi, Google Maps
membantu perjalanan kami ke Jumog wkwkwk. Kondisi jalan yang rusak, banyak
lubang sana-sini, sebentar naik lalu turun, membuatku tidak sabar ingin sampai
di Jumog sesegera mungkin. Kesel je, numpak motor terus ket esuk, pengen lek
ndang uwis wkwk sambat teros.
Sesampainya di lokasi, tidak
ada banyak mobil dan motor yang terparkir, mungkin karena masih pagi juga sih
ya. Sebelum loket masuk, disediakan wastafel dan sabun untuk pengunjung mencuci
tangannya sebelum masuk ke Jumog. Tepat di depan kaca loket juga disediakan hand
sanitizer oleh pengelola. Jangan lupa cuci tangan atau menggunakan hand
sanitizer terlebih dulu, ya! Kami hanya perlu membayar 20 ribu untuk dua tiket
masuk, which is satu orangnya cukup membayar 10 ribu saja. Wahahah
sok-sokan wicas wicis, padahal EAP aja ikut make up.
Khas tempat wisata pada umumnya, banyak warung-warung makan, begitu pula di Jumog. Tapi, hal yang membuatnya berbeda adalah lesehan tempat makannya ada di pinggir kali. Berjejer banyak gitu di pinggir-pinggir kali, asyik banget kelihatannya. Hanya perlu berjalan kaki kurang lebih 5 menit, kami sudah sampai di depan air terjunnya. Berhubung ini musim hujan dan pasti bebatuannya licin, jadi yasudah kami memandang air terjun dari jauh saja, takut kepleset kalau dekat-dekat wkwk alasan terus.
Kelihatan ngga ada bidadari-bidadari lagi mandi di situ? Canda sayang wahahaha ampun.
Jangan lupa
tetap pakai masker!
Oiya, buat teman-teman yang ingin dolan atau bepergian ke manapun, jangan lupa hand sanitizer-nya yaa. Waktu dolan ke Jumog kemarin, aku bawa air mineral, hand sanitizer, dan mukena dari rumah yang pasti sudah terjamin kebersihannya daripada mukena dari tempat sholat di tempat wisata. Karena sekarang dan seterusnya yang terpenting adalah kesehatan dan keselamatan kita semua. Sayonara Jumog, sayonara juga Mbak Liesty!
Stay healthy and happy, everyone!
Comments
Post a Comment