Selo: Sing Penting Gas Wae

Hallo semuanya, jumpa kembali dengan tulisanku. Selamat membaca dan semoga bermanfaat tentunya!

        

30 Oktober 2020.

Dadakan, tanpa tujuan, sing penting gas wae adalah aku dan Rahmi kala itu. Dimulai dari aku yang tiba-tiba chat Rahmi ngajakin main dua hari setelahnya, sudah tahu mau main ke Selo tapi bingung destinasi wisatanya, sampai tiba-tiba Rahmi bilang ternyata ada janjian sama orang lain dihari yang sama. Namun, kabar baiknya adalah semua itu dapat terselesaikan dengan baik dan  agenda main kita tidak hanya sekadar wacana belaka.

Yang dadakan emang kadang lebih pasti daripada yang udah planning jauh-jauh hari mau main, tapi malah berakhir sia-sia menjadi wacana.

Bermodal foto-foto tempat wisata sekitar Selo yang ada di google maps, kami menjadikan Bukit Sanjaya sebagai first stop untuk menikmati Selo. Setelah beres membayar tiket masuk, Rp10.000,00, kami harus menaiki tangga yang cukup banyak untuk sampai di atas lalu duduk di gubuk dan memulai sesi mengobrol. Berhubung passionku adalah rebahan, naik tangga aja sampai ngos-ngosan lumayan capek. Ya gini nih, kalau jarang olahraga, naik tangga dikit capek, lari dikit capek, jalan kaki jauh dikit capek. Padahal, sudah sering niat untuk workout ringan di rumah disusul dengan berjelajah youtube untuk mencari video referensi, eh tapi tidak kunjung terealisasikan sampai sudah mau berganti tahun. Hahaha, manusia, full of hopes and less of act.

Sik-sik, Mik. Aku kesel, leren sik sedilit,” ucapku sembari membungkuk dan memegang lutut khas orang capek.


Alam memang tidak bisa ditebak, sebentar panas, sebentar gerimis dan selanjutnya hujan lengkap dengan kabutnya. Kabut tebal hadir untuk menggantikan lanskap Merbabu sebagai objek yang seharusnya kami lihat pagi itu. Hujan yang semakin deras dan berangin membuat kami harus bergeser ke sana ke mari agar pakaian tidak basah terkena cipratan air hujan, padahal kami sudah di dalam gubuk. Geser ke kanan kecipratan air hujan, geser ke kiri masih kecipratan, eh kok geser lagi juga masih kecipratan. Sampai pada akhirnya, kami menjadikan tikar yang seharusnya untuk alas duduk, sebagai pelindung agar kami tidak terkena air hujan. Wes adem, jaket keno udan, lak yo udu kademen meneh, tapi katisen.

Kabut sudah mulai pudar, hujan pamit kembali, dan gagahnya Gunung Merbabu yang sudah terlihat jelas mengingatkan kami untuk segera turun dan melanjutkan perjalanan. Second stop kami adalah Warung Damandiri yang terletak tidak jauh dari Bukit Sanjaya. Rahmi bilang dia sudah pernah makan di warung ini sebelumnya, jadi yasudah deh kami makan di sini juga daripada bingung nyari warung makan. Mie telur rebus, mendoan, dan teh manis anget berhasil menyelamatkan kami dari rasa lapar. This lunch is quite interesting for me, because finally I can lunch with a view, Selo and it`s Merbabu.

Usai puas makan, ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon dan tentunya foto-foto untuk mengabadikan momen, cieilah mengabadikan banget nih wkwk, kami melanjutkan perjalanan yang tidak jelas arah dan tujuannya ke mana. Bingung kembali menyerang, kami tidak tahu harus pergi ke mana, ya karena memang prinsip main kali ini adalah sing penting gas wae, nengdine yo ra mudeng.

Setelah scrolling google maps sebentar, akhirnya kami menjadikan Merapi Garden sebagai third and last stop. Menghemat budget adalah hal yang harus diterapkan ketika main dengan siapapun dan dimanapun. Seperti saat itu, kami menitipkan motor di Warung Damandiri dan memilih menyambangi Merapi Garden dengan berjalan kaki.

Namanya juga garden, pasti tidak akan jauh-jauh dari pohon, tanaman, dan bunga. Dan benar saja, hampir seluruh area Merapi Garden terisi oleh bermacam-macam bunga dengan berbagai warna yang tentunya sangat cantik. Kalian harus ke Merapi Garden kalau lagi main ke Selo, cakep banget yakin deh view-nya, goceng doang juga tiket masuknya.

Berkeliling garden, melihat banyak bunga mekar, menikmati dinginnya Selo, mengagumi gagahnya Merbabu adalah suatu hal yang manis sebagai penutup agenda main sore itu. Sayonara, Selo! Sayonara juga, Rahmi!!!

 


Stay healthy and happy, everyone!



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

One Fun Day

Pukul Tujuh Malam

TEORI MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM OLIVA